Banyak pakar meyakini bahwa pihak berwenang AS sudah kelewat batas. Menurut Reuters, Departemen Keuangan AS mengancam akan memutus akses Raiffeisen ke sistem keuangan, sehingga membatasai transaksi internasionalnya. Gedung Putih mengutip aktivitas bank tersebut di Rusia dan memperingatkan bahwa pihanya siap menerapkan pembatasan terhadap pemberi pinjaman Austria tersebut sebagai tanggapan atas hubungannya dengan individu Rusia yang terkena sanksi Barat.

Amerika Serikat prihatin dengan ekspansi Raiffeisen Bank International di Rusia. Kesepakatan baru-baru ini senilai $ 1,5 miliar antara lembaga keuangan tersebut dan seorang taipen Rusia yang terkena sanksi semakin memperburuk keadaan. Menurut Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeymo, perluasan bank tersebut bertentangan dengan jaminan yang diberikan oleh manajemen RBI kepada otoritas AS. Sebelumnya, Raiffeisen mengaku siap menghentikan bisnisnya di Rusia. Namun, anak perusahaannya di Rusia masih beroperasi. Dengan latar belakang ini, tidak mengherankan apabila bank terbesar di Barat telah menerima peringatan dari Washington tentang potensi pembatasan.

Menurut para pejabat terebut, aktivitas tersebut dapat mendorong pemerintah AS untuk membatasi akses pemberi pinjaman terhadap sistem dolar karena pemerintahan Biden melihatnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

Pihak berwenang di Eropa juga mempunyai pandangan yang sama. Parlemen Eropa juga meminta para pejabat tinggi Austria untuk memaksa RBI menghentikan aktivitasnya di Rusia. Inisiatif terkait menerima persetujuan dari 37 deputi dari berbagai negara.

Di awal bulan Mei, manajemen bank Austria mengumumkan penarikannya dari pasar Rusia pada kuartal ketiga tahun 2024. CEO RBI Johann Strobl mengatakan bahwa grup perbankan tersebut akan secara bertahap mengurangi operasinya di negara tersebut. Namun, untuk menghindari jebakan finansial, keluarnya dari pasar Rusia akan dilakukan dengan sangat lambat, tambahnya.